arsitektur

Sejarah arsitektur 
Menurut ir. Djauhari Sumintardja sejarah rumah tradisional di indonesia ialah sebagai berikut”: Yang jelas ialah, berdasarkan kronika-kronika tua yang disusun oleh pengembara-pengembara dari Tiongkok, ataupun seperti apa yang terlihat dalam paha tan-paha tan candi, umumnya rumah tradisional dibangun dengan . kolong. Hal ini berlaku, baik yang didirikan di darat maupun di atas air. 

Perkembangan rumah yang berkolong sampai ke bentuk-bentuk yang langsung di atas tanah, demikian pula perkembangan penggunaan pepohonan kasar sampai ke kayu yang diukirukir hingga ke penggunaan ba tu, bata dan sebagainya sukar un tuk diusut kembali secara tepat. Tetapi pas ti, perkembangan itu berjalan sejajar dengan perkembangan taraf kemajuan pikiran manusia mencari keselamatan dengan caramengatasi atau menghindarkan diri dari gangguan dan bahaya (alam, binatang, manusia). Dengan lain ka ta, semakin cerdik manusia itu, makin tumbuh pula/ah hasratnya untuk membuat sesuatu yang lebih baik, lebih kuat dan lebih indah. Alam semakin dikuasainya dan kemungkinan baru pun dicarinya. 

Bahan-bahan yang digunakan sebagai bangunan yang mula-mula dalam bentuk asalnya tanpa pengolahan (bambu, kayu, daun-daunan, tanah, lumpurl "lama-lama diolah. Ada indikasi, bahwa tanah dan lumpur sebagai bahan bangunan sudah dikenal sejak mulanya, tetapi pemikiran penggunaan bata sebagai hasil dari tanah yang dibakar atau dikeringkan oleh terik matahari penerapannya diduga setelah ada pengaruh-pengaruh dari India Belakang Purba dan Cina, di mana pembakaran barang-barang gerabah dan porselin sudah tinggi tarafnya ribuan tahun sebelum Masehi.


Pada jaman Hindu di Indonesia, tanah liat yang dibakar ( batal dan batu-batu andesit sebagai bahan'bangunan sudah nyata dikenal. Tetapi bahan bangunan tersebut masih dianggap istimewa dan tidak pernah menjadi bahan bangunan yang umum untuk dipakai dalam pembangunan rumah, sekalipun istana. Kebutuhan untuk adanya keabadian dalam pembangunan rumah tidak dirasakan utama bila dibandingkan dengan pembangunan candi atau tempat-tempat pemujaan. Sampai abad ke 76, ketika Belanda mulai menduduki daerah-daerah tertentu (antara lain Yogyakarta) mereka masih harus mengimpor bata-bata atau genting dari negeri mereka sendiri untuk membangun koloni mereka, di samping bahan-bahan berat tersebut dijadikan pemberat kapal-kapal layar dari arah Eropah ke Indonesia ( dari Indonesia ke Eropah isi kapal-kapal tersebut penuh dengan rempah-rempah)… 

Sebelum masyarakat mengenal konstruksi bangunan yang menggunakan semen atau sejenisnya sebagai perekat atau spesr, konstruksi tembok yang lazim dilakukan adalah konstruksi tumpuk. Lumpur sebagaiperekat digunakan juga, tetapi terbatas sekali, mungkin karena dapat menimbulkan pecahnya tumpukan bata-ba ta yang dia keringkan matahari tersebut. Cara ini masih digunakan di pedalaman Banten, di“ pedalaman pulau Bali, Lombok dan sebagainya. Paku untuk menyambung konstruksi-konstruksi kayu dikenal melalui kebudayaan luar. Demikian pula perkenalan dengan kaca serta bahan-bahan bangunan dan peralatan tertentu, lainnya (ubin, porselin, seng, besi, tembaga dan sebagainya/. Yang lebih umum dipakai dalam konstruksi tradisional adalah cara pasak dan ikat. 

Kata 'tradisi' mengandung arti suatu kebiasaan yang dilakukan dengan cara yang sama oleh beberapa generasi tanpa atau sedikit sekali perubahan. Dengan lain kata kebiasaan yang sudah menjadi adat dan membudaya. Dengan demikian, isti/ah 'rumah tradisional' dapat diartikan sebuah rumah yang. dibangun dan digunakan dengan cara yang sama sejak beberapa generasi. 

Dari segi konstruksi, seperti dikemukakan terdahulu, rumah-rumah tradisional/ asalnya banyak yang dibangun dengan tiangtiang yang tinggi sehingga kolong rumah dapat merupakan tempat bekerja lmenenunl; menyimpan barang atau menjadi kandang binatang peliharaan bahkan menggunakan kolong rumah tersebut sebagai tempat pembuangan kotoran manusia secara langsung. Dalam kaitan ini tidak akan dibicarakan segi-segi etik kesehatan, kecuali bahwa pembangunan rumah tradisional sudah banyak pula yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Kecuali rumah-rumah berkolong sudah banyak pula yang dibangun langsung di atas tanah. Lantai tanah di daerah pedusunan di Jakarta dan pesisir pulau Jawa sebelah Utara adalah hal yang lazim. Lantai tersebut, kadang-kadang ditabur dengan serbuk gergaji dan sekali-sekali disiram air supaya tidak berdebu.

Komentar